Gelar Kemah Karya, Bidang Pemuda GMIH Tingkat Sinode Dinilai Tak Mampu Membaca Peluang

Foto : Mantan Ketua GMKI Cabang Tobelo, MB: 2016-2018, Arki Yanto Hakuta, S.Pd.

 

CORONGTIMUR.COM, HALUT – Bidang Pemuda Sinode, Gereja Masehi Injili di Halmahera (BP GMIH) akan melaksanakan kegiatan Kemah Karya yang dipusatkan di jemaat “Baithel” Kao, kecamatan Kao Timur, kabupaten Halmahera Utara (Halut) (24-28/2022). Kegiatan yang melibatkan pemuda GMIH se-Maluku Utara itu justru mendapat sorotan dari beberapa pemuda yang lahir dari rahim GMIH.

Sorotan tersebut salah satunya datang dari bung Arki Yanto Hakuta, S.Pd. Dirinya menilai kegiatan Kema karya yang di laksanakan oleh Pemuda Sinode GMIH itu, tidak memberikan dampak edukatif bagi pemuda di tingkat Jemaat. Pasalnya, dengan sejumlah kegiatan yang akan digelar sesuai skejul acara yang telah disusun, dinilai sama sekali tidak memberikan dampak baik bagi pemuda GMIH di tingkat jemaat.

Hal tersebut disampaikan lansung oleh Arki, katanya; “Tantangan terbesar Pemuda Kristen hari ini adalah lemahnya pendidikan terhadap pemuda Gereja di tingkat jemaat, karena itu kemah karya kali ini harus benar-benar memberikan edukasi kreatif atau pendidikan terhadap masalah yang menjadi tantangan pemuda gereja. Jangan sampai kegitan ini hanya terkesan seperti liburan Rohani”, ujar Arky kepada wartawan Corongtimur.com, 23/10/2022, pukul 23:00 Wit.

Mantan Ketua Cabang Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (Kecab GMKI) Tobelo itu, juga menilai bahwa Bidang Pemuda GMIH hari ini tidak mampu membaca kebutuhan pemuda GMIH di seluruh jemaat di Maluku Utara, dan terkesan meremehkan kekuatan Pemuda secara Kualitatif. Padahal menurut Arki, bahwa bidang Pemuda GMIH harus bekerja ekstra dan mampu memahami situasi pemuda di tingkat Jemaat.

“Bidang Pemuda GMIH harus mampu berfikir kreatif dan bisa merumuskan suatu kegiatan yang bisa membawa perubahan bagi generasi GMIH. Selama ini yang saya tau kegitan kita hanya dua, yaitu Kemah Karya dan Rakerta. Masa potensi gereja yang besar ini lalu kegiatannya sekelas organisasi biasa. Hal ini dengan jelas menunjukan bahwa Bidang Pemuda kita di tingkat sinode sangat tidak mampu merumuskan kegiatan yang sesuai kebutuhan dan berdampak”, tegas Arki.

Lanjut mantan Kecab GMKI Tobelo itu, “kegitan ini terlihat besar namun saya duga tidak berdampak bagi pemuda di tingkat jemaat. Hal inikan sesuai pengalaman sebelum-sebelumnya, habis kegiatan, habis pula momentnya. Padahal dengan anggaran yang digunakan oleh pemuda GMIH di seluruh Maluku Utara untuk datang ke tempat kegiatan sangatlah besar, jadi mestinya mereka di beri nutrisi sehat melalui rangkaian kegiatan yang berdampak. Bukan terkesan hanya ramai-ramai”, kata Arki.

“Saya juga berharap, pelaksanaan kegiatan akbar ini tidak menjadikan pemuda GMIH sebagai alat politik. Apalagi sekarang ini kan suasana jelang tahun politik 2024. Karena itu saya berharap dengan momentum ini nama pemuda GMIH tidak tergadaikan kepada orang-orang yang berkepentingan alias politisi”, tutup Arki. (Red/Sef).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *